Pengelolaan Lingkungan Belajar
Konsep Tradisional dan Modern
Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lingkungan belajar
terdiri dari ruang dalam dan ruang luar. Keduanya digunakan untuk kegiatan
bermain anak, lingkungan belajar harus memenuhi criteria kebersihan, aman
secara fisik maupun dari ketakutan atau tekanan. Untuk langkah pengamanan pintu
dan jendela harus selalu terkunci, hanya dapat dibuka oleh pengasuh agar anak
tidak dapat keluar sendiri tanpa pengawasan.
Pendidikan Anak Usia
Dini ( PAUD ) harus mempunyai system pengawasan yang baik agar anak-anak yang
berada di dalamnya aman dan tertib. Pengawasan sudah harus dimulai semenjak
anak datang sampai pulang, sehingga orangtua menerima anaknya kembali dalam
keadaan aman tanpa cidera.
B.
Tujuan
1. Supaya
mahasiswa mengetahui dan mengerti akan pentingnya pengelolaan lingkungan
belajar bagi AUD.
2. Tugas
mandiri mahasiswa untuk mencari sumber referensi lain sebagai pendukung materi
kuliah di kampus.
C.
Perumusan
Masalah
Kami dapat merumuskan
beberapa masalah, yaitu :
1. Apakah
pengelolaan lingkungan belajar sangat penting dalam PAUD?
2. Mengapa
guru harus berkompeten dalam mengembangkan pembelajaran?
3. Apa
rambu-rambu dalam pengembangan kurikulum PAUD?
4. Hal-hal
apa yang mendukung pengelolaan lingkungan belajar PAUD?
1
II.
LANDASAN
TEORI
A.
Kajian
Teori
1. Menurut
Weikert,1996 dalam Claudia Eliason & Loa Jenkin, 1994
“Pengembangan atau
pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah
dari sisi anak itu sendiri, bukan dari sisi pemikiran guru”.
Maksudnya adalah
pendekatan yang dilakukan berupaya memfasilitasi agar tujuan-tujuan dan
kegiatan belajar dapat terintegrasikan dengan dimensi-dimensi perkembangan
anak, baik dimensi kelompok maupun dimensi individu. Pendekatan tersebut
dikembangkan saat mereka mengalami pertumbuhan secara nyata dan disesuaikan
dengan situasi kehidupan unik setiap anak.
2. Menurut
Al Mabrur ( 2003 )
“Bahwa DAP ( Developmentally
Appropriate Practise ) dipandang sebagai keputusan professional tentang (
pengakuan terhadap ) keberadaan anak dan pendidikannya yang didasarkan atas
pengetahuan perkembangan dan belajar anak, kekuatan, minat, dan kebutuhan anak
di dalam kelompok, serta konteks social budaya di mana anak hidup”.
Pengertian ini merupakan pengertian yang
sangat lengkap, dan pada konteks pendidikan Indonesia memungkinkan untuk dapat
dilaksanakan.
3. Menurut
Julitio ( 2000 )
“Ia menggambarkan bahwa
makanan yang tidak memadai akan menganggu perkembangan termasuk perkembangan
otak, yang berpengaruh pada kelainan neurology dan perilaku, seperti gangguan
belajar dan retardasi mental”. Rangsangan lingkungan akan berpengaruh terhadap
terbentuknya hubungan antar sel otak ( sinaps ) yang akan membentuk jaringan
komunikasi antar sel otak dan sama-sama bertugas melakukan koordinasi atas
berbagai aspek perkembangan. Begitu pula adanya stress berat akan menimbulkan
gangguan pada perilaku dan perkembangan social anak di kemudian hari.
2
4. Menurut
Bredekamp & Rosegrant ( Solehuddin,1997 )
“Menurutnya anak akan
belajar dengan baik jika ia merasa aman secara psikologis serta jika
kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi”.
Berarti , anak secara
alamiah akan termotivasi untuk mengeksplorasi dan memahami lingkungannya jika
mereka dalam keadaan sehat dan nutrisinya terpenuhi. Sebaliknya anak akan
menurun motivasinya jika nutrisinya kurang terpenuhi. Keadaan ini juga akan
menghambat proses belajar anak.
B.
Pembahasan
Masalah
1. Pentingnya
Pengelolaan Lingkungan Belajar Dalam PAUD
Pengelolaan PAUD
menerapkan manajemen berbasis masyarakat, artinya masyarakat selain sebagai
pengguna jasa juga sebagai sumber dan fasilitator. Lembaga PAUD yang sudah
terakreditasi A dan B disarankan untuk melakukan audit untuk menjamin
transparansi dan penjaminan mutu layanan.
Penataan lingkungan
bermain :
-
Penataan lingkungan bermain dan belajar
disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak, untuk mendukung perkembangan
motorik, bahasa, social emosi, kognitif, dan nilai agama serta moral.
-
Penataan ruangan memenuhi standar
keamanan, kesehatan, dan perlindungan anak.
-
Penataan lingkungan sedapat mungkin
mengenalkan anak dengan lingkungan rumah dan kegiatan sehari-hari anak di dalam
keluarga.
Pengelolaan
lingkungan belajar yang kondusif dan menarik minat belajar anak menciptakan
lingkungan pembelajaran yang sehat, efektif dan efisien serta menumbuhkan
rangsangan anak untuk mengikuti pembelajaran PAUD.
3
2. Guru
PAUD professional adalah yang
berkompeten
Menurut Bredekamp (
1987 ) dalam bukunya yang berjudul DAP ( Developmentally Appropriate Practices
) yang diterbitkan oleh NAYC ( National Association For The Young Children )
Amerika Serikat. Bredekamp sangat menekankan bahwa pengembangan program
pembelajaran PAUD harus berbasis pada perkembangan dan kebutuhan anak, serta
disesuaikan dengan karakteristik dan kepentingan anak. Program pembelajaran
yang dikemas berdasarkan hakikat anak, layanannya akan lebih diterima dan lebih
bermakna bagi anak. Dengan pengembangan program pembelajaran berdasarkan DAP,
tindakan-tindakan guru akan lebih efektif dan tepat sasaran karena harapan anak
akan terakomodasi lebih baik dan tentunya segala pekerjaan guru yang ditujukan
pada anak menjadi lebih optimal dan produktif karena sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk calon guru PAUD
ataupun masih pemula bahkan yang sudah bertahun-tahun mengajar di lembaga PAUD
sebaiknya menguasai prinsip DAP secara memadai agar anda dapat melaksanakan
tugas dengan baik serta guru yang berkompetensi.
3. Rambu-rambu
dalam pengembangan kurikulum PAUD
Menurut Al Mabrur (
2003 ) terdapat lima dimensi mendasar yang saling terkait dalam pengembangan
DAP pada jenjang PAUD, yaitu :
a. Pengembangan
masyarakat yang peduli
b. Pembelajaran
yang memperkaya perkembangan dan khasanah belajar anak
c. Pengembangan
kurikulum yang memadai
d. Assesment
perkembangan dan belajar anak
e. Pengokohan
hubungan timbal balik dengan keluarga
Jadi
dalam pengelolaan lingkungan belajar PAUD pengelola maupun pendidik dalam
lembaga PAUD harus memperhatikan rambu-rambu yang sudah ada dan umum digunakan.
4
Dalam
pengelolaan tersebut kita harus memperhatikan factor pembiayaan dan sumber
biaya untuk mengadakan sarana maupun prasarana. Dalam konsep ini bisa
diterapkan konsep secara tradisional maupun modern. Menurut tekhnologi yang
sedang berkembang di masa kini, banyak konsep-konsep modern yang dipakai tetapi
membutuhkan pembiayaan besar. Sedangkan untuk mengembangkan konsep tradisional,
dibutuhkan pengelola atau pendidik PAUD yang berkompetensi artinya dituntut
untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya untuk menciptakan hal baru tanpa
membuang kerangka dasar hal yang lama. Bahkan pengelola atau pendidik PAUD yang
aktif, kreatif dan inovatif akan mengantar kesuksesan suatu kegiatan
pembelajaran PAUD di suatu lembaga tersebut.
4. Faktor
Pendukung Pengelolaan Lingkungan Belajar
a. Konsep
Tradisional
Dalam konsep ini,
melihat kata “Tradisional” tentu kita dapat membayangkan sesuatu yang sederhana
dan tentunya sedikit tentang masalah pembiayaan ataupun dananya. Pengelolaan
lingkungan belajar secara konsep tradisional dapat kita lakukan dengan
memanfaatkan hal-hal maupun sesuatu/benda yang sudah ada di lingkungan tersebut
tanpa harus mengadakannya dengan mengeluarkan biaya. Misalnya, :
- Dalam hal alat
permainan, kita sebagai pendidik bisa mengadakan atau membuat alat permainan
sederhana yang menunjang proses pembelajaran dengan tidak usah membelinya.
-Penataan ruangan kelas
bisa kita desain dan memberikan suasana yang kondusif dengan memberikan
hasil-hasil karya anak didik dan sekaligus memberikan motivasi terhadap mereka
tentang kepercayaan diri terhadap prestasinya.
-Penggunaan alat-alat
sederhana yang mendukung kegiatan outbound anak-anak di luar kelas, misalnya :
alat-alat olah raga buatan sendiri, seperti kethukruk dari kulit kelapa, bakiak
dari kayu buatan sendiri, serta permainan-permainan tradisional lainnya.
5
b. Konsep
Modern
Hal ini tentu dapat
kita bayangkan, bahwa sesuatu modern pasti kaitannya dengan perkembangan
tekhnologi dan informasi sekarang ini. Banyak alat-alat permainan maupun sarana
dan prasarana lainnya yang bernuansa modern hasil pabrikan masuk ke
lembaga-lembaga PAUD baik di kota maupun desa. Tentu kita sebagai pendidik
sudah tidak asing lagi, dalam pengelolaan lingkungan belajar yang menerapkan
konsep modern pasti sangatlah mewah dan menarik. Hal ini sangatlah diketahui
bahwa, jika suatu lembaga PAUD sudah lengkap peralatannya bahkan menggunakan
nuansa modern dipastikan banyak peserta didiknya.
Hal-hal pendukung
konsep modern seperti, :
-
Desain interior ruangan yang menarik dan
nuansa warna yang menarik AUD
-
Alat permainan edukatifnya yang mewah
dan bermacam-macam hasil pabrikan.
-
Alat permainan luar yang mewah dan
lengkap serta warna-warnanya yang mendukung akan lebih menarik AUD untuk
belajar.
-
Penataan lingkungan lembaga yang
mempunyai desain dan animasi yang menarik dan sesuai AUD akan menambah semarak
proses pembelajaran.
Demikian sekelumit
pemaparan antara konsep tradisional dan modern di lingkungan PAUD.
C.
Motivasi
Konsep Pembelajaran Tradisional dan Modern PAUD
Ada beberapa motivasi
yang sering dilakukan oleh pendidik untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran
di lembaganya, baik secara tradisional maupun modern. Diantaranya, :
1. Pemberian
hadiah atau pun pujian terhadap anak didik
2. Dalam pelaksanaan gebyar PAUD sering diadakan
Trophy atau Piala yang diberikan kepada yang menjadi juara.
6
3. Sering
dalam permainan outbound anak di luar kelas diadakan motivasi atau rangsangan
terhadap anak sehingga anak berhasil melakukan kegiatan motoriknya sesuai tahap
dan perkembangannya.
4. Pemberian
PMT gizi untuk anak juga merupakan suatu motivasi nutrisi yang diberikan untuk
merangsang perkembangan dan pertumbuhan AUD sesuai tahap dan perkembangannya.
5. Bahkan
untuk lembaga PAUDnya juga ada motivasi maupun rangsangan dari pemerintah untuk
berkembang dan menyelenggarakan kegiatan pembelajarannya sesuai kurikulum yang
ditetapkan, diberikannya dalam bentuk dana bantuan.
D.
Faktor
Pendukung dan Penghambat PAUD
Faktor-faktor yang
dapat mendukung dan menghambat proses PAUD, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor
Pendukung
a. Orang
tua peduli terhadap pendidikan anak
Kepedulian orang tua
terhadap pendidikan anak membuat orang tua selalu merasa ingin tahu mengenai
perkembangan anaknya. Untuk dapat mengetahuinya orang tua dapat langsung
menemui guru kelas dan membicarakan mengenai perkembangan anaknya. Hal ini
dapat meningkatkan perkembangan anak karena orang tua dan guru dapat
bersama-sama mencari jalan keluar untuk mendukung perkembangan anak. Hal ini
juga dikemukakan oleh Swick, yaitu involving the parents when childrens are
young has long term benefits ( Swick, 1984 ).
Berdasarkan pendapat tersebut maka orang tua harus sadar
bahwa keterlibatan orang tua terhadap pendidikan anak sangat diperlukan karena
dengan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dapat memberikan kontribusi
yang banyak bagi kemajuan pendidikan anak.
7
b. Sekolah
bersifat terbuka dalam menerima masukan dari orang tua
Sekolah adalah lembaga
yang diserahi tanggung jawab untuk mendidik oleh orang tua, tetapi dalam
operasionalnya orang tua dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran karena
selain di sekolah anak juga mendapatkan pendidikan di rumah yang diberikan oleh
orang tua. Dengan adanya kerja sama antara guru dan sekolah maka memudahkan
guru dalam mendukung perkembangan anak dan saran dari orang tua dapat menjadi
masukan bagi guru dan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Faktor
Penghambat
a. Orang
tua sibuk bekerja
Kesibukan orang tua
adalah salah satu penghambat terciptanya kerja sama antara guru dan orang tua.
Orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada guru di sekolah dan
menyerahkan anak pada anggota keluarga lainnya atau pengasuh di rumah.
Hal ini dapat
menghambat komunikasi secara langsung antara orang tua dan guru sehingga guru
tidak dapat memberikan informasi mengenai perkembangan anak kepada orang tua.
b. Guru
kurang dapat mengomunikasikan perkembangan anak
Seorang guru harus
mampu mengomunikasikan dengan baik mengenai perkembangan anak kepada orang tua
sehingga makna dari pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.
Namun, adakalanya guru mengalami kesulitan dalam penyampaian pesan tersebut,
dan hal ini menjadi awal suatu permasalahan antara guru dan orang tua karena
orang tua salah dalam menafsirkan pesan dari guru. Semua ini menjadikan kerja
sama antara guru dan orang tua tidak dapat terlaksana.
8
III.
KESIMPULAN
A. Saran
Terima kasih, kami
telah menyelesaikan makalah ini. Banyak kekurangan dari makalah ini, kami mohon
kepada Dosen pengampu materi untuk menjelaskan dan memaparkan yang benar
tentang materi sehingga menjadikan kami mengetahui dan memahaminya sekaligus
menjadikan makalah ini lebih sempurna.
B. Daftar
Pustaka
-Http : // www.google.com
-Modul Pengelolaan
PAUD, STPI BINA INSAN MULIA Yogyakarta
-Ali Nugraha, Yeni
Rachmawati, Buku Materi Pokok PGTK, Universitas Terbuka
-Sardiman, AM, Juni
2003, PT Raja Grafindo Persada, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar
9
Pengelolaan Lingkungan Belajar
Konsep Tradisional dan Modern
Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lingkungan belajar
terdiri dari ruang dalam dan ruang luar. Keduanya digunakan untuk kegiatan
bermain anak, lingkungan belajar harus memenuhi criteria kebersihan, aman
secara fisik maupun dari ketakutan atau tekanan. Untuk langkah pengamanan pintu
dan jendela harus selalu terkunci, hanya dapat dibuka oleh pengasuh agar anak
tidak dapat keluar sendiri tanpa pengawasan.
Pendidikan Anak Usia
Dini ( PAUD ) harus mempunyai system pengawasan yang baik agar anak-anak yang
berada di dalamnya aman dan tertib. Pengawasan sudah harus dimulai semenjak
anak datang sampai pulang, sehingga orangtua menerima anaknya kembali dalam
keadaan aman tanpa cidera.
B.
Tujuan
1. Supaya
mahasiswa mengetahui dan mengerti akan pentingnya pengelolaan lingkungan
belajar bagi AUD.
2. Tugas
mandiri mahasiswa untuk mencari sumber referensi lain sebagai pendukung materi
kuliah di kampus.
C.
Perumusan
Masalah
Kami dapat merumuskan
beberapa masalah, yaitu :
1. Apakah
pengelolaan lingkungan belajar sangat penting dalam PAUD?
2. Mengapa
guru harus berkompeten dalam mengembangkan pembelajaran?
3. Apa
rambu-rambu dalam pengembangan kurikulum PAUD?
4. Hal-hal
apa yang mendukung pengelolaan lingkungan belajar PAUD?
1
II.
LANDASAN
TEORI
A.
Kajian
Teori
1. Menurut
Weikert,1996 dalam Claudia Eliason & Loa Jenkin, 1994
“Pengembangan atau
pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah
dari sisi anak itu sendiri, bukan dari sisi pemikiran guru”.
Maksudnya adalah
pendekatan yang dilakukan berupaya memfasilitasi agar tujuan-tujuan dan
kegiatan belajar dapat terintegrasikan dengan dimensi-dimensi perkembangan
anak, baik dimensi kelompok maupun dimensi individu. Pendekatan tersebut
dikembangkan saat mereka mengalami pertumbuhan secara nyata dan disesuaikan
dengan situasi kehidupan unik setiap anak.
2. Menurut
Al Mabrur ( 2003 )
“Bahwa DAP ( Developmentally
Appropriate Practise ) dipandang sebagai keputusan professional tentang (
pengakuan terhadap ) keberadaan anak dan pendidikannya yang didasarkan atas
pengetahuan perkembangan dan belajar anak, kekuatan, minat, dan kebutuhan anak
di dalam kelompok, serta konteks social budaya di mana anak hidup”.
Pengertian ini merupakan pengertian yang
sangat lengkap, dan pada konteks pendidikan Indonesia memungkinkan untuk dapat
dilaksanakan.
3. Menurut
Julitio ( 2000 )
“Ia menggambarkan bahwa
makanan yang tidak memadai akan menganggu perkembangan termasuk perkembangan
otak, yang berpengaruh pada kelainan neurology dan perilaku, seperti gangguan
belajar dan retardasi mental”. Rangsangan lingkungan akan berpengaruh terhadap
terbentuknya hubungan antar sel otak ( sinaps ) yang akan membentuk jaringan
komunikasi antar sel otak dan sama-sama bertugas melakukan koordinasi atas
berbagai aspek perkembangan. Begitu pula adanya stress berat akan menimbulkan
gangguan pada perilaku dan perkembangan social anak di kemudian hari.
2
4. Menurut
Bredekamp & Rosegrant ( Solehuddin,1997 )
“Menurutnya anak akan
belajar dengan baik jika ia merasa aman secara psikologis serta jika
kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi”.
Berarti , anak secara
alamiah akan termotivasi untuk mengeksplorasi dan memahami lingkungannya jika
mereka dalam keadaan sehat dan nutrisinya terpenuhi. Sebaliknya anak akan
menurun motivasinya jika nutrisinya kurang terpenuhi. Keadaan ini juga akan
menghambat proses belajar anak.
B.
Pembahasan
Masalah
1. Pentingnya
Pengelolaan Lingkungan Belajar Dalam PAUD
Pengelolaan PAUD
menerapkan manajemen berbasis masyarakat, artinya masyarakat selain sebagai
pengguna jasa juga sebagai sumber dan fasilitator. Lembaga PAUD yang sudah
terakreditasi A dan B disarankan untuk melakukan audit untuk menjamin
transparansi dan penjaminan mutu layanan.
Penataan lingkungan
bermain :
-
Penataan lingkungan bermain dan belajar
disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak, untuk mendukung perkembangan
motorik, bahasa, social emosi, kognitif, dan nilai agama serta moral.
-
Penataan ruangan memenuhi standar
keamanan, kesehatan, dan perlindungan anak.
-
Penataan lingkungan sedapat mungkin
mengenalkan anak dengan lingkungan rumah dan kegiatan sehari-hari anak di dalam
keluarga.
Pengelolaan
lingkungan belajar yang kondusif dan menarik minat belajar anak menciptakan
lingkungan pembelajaran yang sehat, efektif dan efisien serta menumbuhkan
rangsangan anak untuk mengikuti pembelajaran PAUD.
3
2. Guru
PAUD professional adalah yang
berkompeten
Menurut Bredekamp (
1987 ) dalam bukunya yang berjudul DAP ( Developmentally Appropriate Practices
) yang diterbitkan oleh NAYC ( National Association For The Young Children )
Amerika Serikat. Bredekamp sangat menekankan bahwa pengembangan program
pembelajaran PAUD harus berbasis pada perkembangan dan kebutuhan anak, serta
disesuaikan dengan karakteristik dan kepentingan anak. Program pembelajaran
yang dikemas berdasarkan hakikat anak, layanannya akan lebih diterima dan lebih
bermakna bagi anak. Dengan pengembangan program pembelajaran berdasarkan DAP,
tindakan-tindakan guru akan lebih efektif dan tepat sasaran karena harapan anak
akan terakomodasi lebih baik dan tentunya segala pekerjaan guru yang ditujukan
pada anak menjadi lebih optimal dan produktif karena sesuai dengan kebutuhannya.
Untuk calon guru PAUD
ataupun masih pemula bahkan yang sudah bertahun-tahun mengajar di lembaga PAUD
sebaiknya menguasai prinsip DAP secara memadai agar anda dapat melaksanakan
tugas dengan baik serta guru yang berkompetensi.
3. Rambu-rambu
dalam pengembangan kurikulum PAUD
Menurut Al Mabrur (
2003 ) terdapat lima dimensi mendasar yang saling terkait dalam pengembangan
DAP pada jenjang PAUD, yaitu :
a. Pengembangan
masyarakat yang peduli
b. Pembelajaran
yang memperkaya perkembangan dan khasanah belajar anak
c. Pengembangan
kurikulum yang memadai
d. Assesment
perkembangan dan belajar anak
e. Pengokohan
hubungan timbal balik dengan keluarga
Jadi
dalam pengelolaan lingkungan belajar PAUD pengelola maupun pendidik dalam
lembaga PAUD harus memperhatikan rambu-rambu yang sudah ada dan umum digunakan.
4
Dalam
pengelolaan tersebut kita harus memperhatikan factor pembiayaan dan sumber
biaya untuk mengadakan sarana maupun prasarana. Dalam konsep ini bisa
diterapkan konsep secara tradisional maupun modern. Menurut tekhnologi yang
sedang berkembang di masa kini, banyak konsep-konsep modern yang dipakai tetapi
membutuhkan pembiayaan besar. Sedangkan untuk mengembangkan konsep tradisional,
dibutuhkan pengelola atau pendidik PAUD yang berkompetensi artinya dituntut
untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya untuk menciptakan hal baru tanpa
membuang kerangka dasar hal yang lama. Bahkan pengelola atau pendidik PAUD yang
aktif, kreatif dan inovatif akan mengantar kesuksesan suatu kegiatan
pembelajaran PAUD di suatu lembaga tersebut.
4. Faktor
Pendukung Pengelolaan Lingkungan Belajar
a. Konsep
Tradisional
Dalam konsep ini,
melihat kata “Tradisional” tentu kita dapat membayangkan sesuatu yang sederhana
dan tentunya sedikit tentang masalah pembiayaan ataupun dananya. Pengelolaan
lingkungan belajar secara konsep tradisional dapat kita lakukan dengan
memanfaatkan hal-hal maupun sesuatu/benda yang sudah ada di lingkungan tersebut
tanpa harus mengadakannya dengan mengeluarkan biaya. Misalnya, :
- Dalam hal alat
permainan, kita sebagai pendidik bisa mengadakan atau membuat alat permainan
sederhana yang menunjang proses pembelajaran dengan tidak usah membelinya.
-Penataan ruangan kelas
bisa kita desain dan memberikan suasana yang kondusif dengan memberikan
hasil-hasil karya anak didik dan sekaligus memberikan motivasi terhadap mereka
tentang kepercayaan diri terhadap prestasinya.
-Penggunaan alat-alat
sederhana yang mendukung kegiatan outbound anak-anak di luar kelas, misalnya :
alat-alat olah raga buatan sendiri, seperti kethukruk dari kulit kelapa, bakiak
dari kayu buatan sendiri, serta permainan-permainan tradisional lainnya.
5
b. Konsep
Modern
Hal ini tentu dapat
kita bayangkan, bahwa sesuatu modern pasti kaitannya dengan perkembangan
tekhnologi dan informasi sekarang ini. Banyak alat-alat permainan maupun sarana
dan prasarana lainnya yang bernuansa modern hasil pabrikan masuk ke
lembaga-lembaga PAUD baik di kota maupun desa. Tentu kita sebagai pendidik
sudah tidak asing lagi, dalam pengelolaan lingkungan belajar yang menerapkan
konsep modern pasti sangatlah mewah dan menarik. Hal ini sangatlah diketahui
bahwa, jika suatu lembaga PAUD sudah lengkap peralatannya bahkan menggunakan
nuansa modern dipastikan banyak peserta didiknya.
Hal-hal pendukung
konsep modern seperti, :
-
Desain interior ruangan yang menarik dan
nuansa warna yang menarik AUD
-
Alat permainan edukatifnya yang mewah
dan bermacam-macam hasil pabrikan.
-
Alat permainan luar yang mewah dan
lengkap serta warna-warnanya yang mendukung akan lebih menarik AUD untuk
belajar.
-
Penataan lingkungan lembaga yang
mempunyai desain dan animasi yang menarik dan sesuai AUD akan menambah semarak
proses pembelajaran.
Demikian sekelumit
pemaparan antara konsep tradisional dan modern di lingkungan PAUD.
C.
Motivasi
Konsep Pembelajaran Tradisional dan Modern PAUD
Ada beberapa motivasi
yang sering dilakukan oleh pendidik untuk mencapai tujuan kegiatan pembelajaran
di lembaganya, baik secara tradisional maupun modern. Diantaranya, :
1. Pemberian
hadiah atau pun pujian terhadap anak didik
2. Dalam pelaksanaan gebyar PAUD sering diadakan
Trophy atau Piala yang diberikan kepada yang menjadi juara.
6
3. Sering
dalam permainan outbound anak di luar kelas diadakan motivasi atau rangsangan
terhadap anak sehingga anak berhasil melakukan kegiatan motoriknya sesuai tahap
dan perkembangannya.
4. Pemberian
PMT gizi untuk anak juga merupakan suatu motivasi nutrisi yang diberikan untuk
merangsang perkembangan dan pertumbuhan AUD sesuai tahap dan perkembangannya.
5. Bahkan
untuk lembaga PAUDnya juga ada motivasi maupun rangsangan dari pemerintah untuk
berkembang dan menyelenggarakan kegiatan pembelajarannya sesuai kurikulum yang
ditetapkan, diberikannya dalam bentuk dana bantuan.
D.
Faktor
Pendukung dan Penghambat PAUD
Faktor-faktor yang
dapat mendukung dan menghambat proses PAUD, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor
Pendukung
a. Orang
tua peduli terhadap pendidikan anak
Kepedulian orang tua
terhadap pendidikan anak membuat orang tua selalu merasa ingin tahu mengenai
perkembangan anaknya. Untuk dapat mengetahuinya orang tua dapat langsung
menemui guru kelas dan membicarakan mengenai perkembangan anaknya. Hal ini
dapat meningkatkan perkembangan anak karena orang tua dan guru dapat
bersama-sama mencari jalan keluar untuk mendukung perkembangan anak. Hal ini
juga dikemukakan oleh Swick, yaitu involving the parents when childrens are
young has long term benefits ( Swick, 1984 ).
Berdasarkan pendapat tersebut maka orang tua harus sadar
bahwa keterlibatan orang tua terhadap pendidikan anak sangat diperlukan karena
dengan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dapat memberikan kontribusi
yang banyak bagi kemajuan pendidikan anak.
7
b. Sekolah
bersifat terbuka dalam menerima masukan dari orang tua
Sekolah adalah lembaga
yang diserahi tanggung jawab untuk mendidik oleh orang tua, tetapi dalam
operasionalnya orang tua dapat dilibatkan dalam proses pembelajaran karena
selain di sekolah anak juga mendapatkan pendidikan di rumah yang diberikan oleh
orang tua. Dengan adanya kerja sama antara guru dan sekolah maka memudahkan
guru dalam mendukung perkembangan anak dan saran dari orang tua dapat menjadi
masukan bagi guru dan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Faktor
Penghambat
a. Orang
tua sibuk bekerja
Kesibukan orang tua
adalah salah satu penghambat terciptanya kerja sama antara guru dan orang tua.
Orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada guru di sekolah dan
menyerahkan anak pada anggota keluarga lainnya atau pengasuh di rumah.
Hal ini dapat
menghambat komunikasi secara langsung antara orang tua dan guru sehingga guru
tidak dapat memberikan informasi mengenai perkembangan anak kepada orang tua.
b. Guru
kurang dapat mengomunikasikan perkembangan anak
Seorang guru harus
mampu mengomunikasikan dengan baik mengenai perkembangan anak kepada orang tua
sehingga makna dari pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.
Namun, adakalanya guru mengalami kesulitan dalam penyampaian pesan tersebut,
dan hal ini menjadi awal suatu permasalahan antara guru dan orang tua karena
orang tua salah dalam menafsirkan pesan dari guru. Semua ini menjadikan kerja
sama antara guru dan orang tua tidak dapat terlaksana.
8
III.
KESIMPULAN
A. Saran
Terima kasih, kami
telah menyelesaikan makalah ini. Banyak kekurangan dari makalah ini, kami mohon
kepada Dosen pengampu materi untuk menjelaskan dan memaparkan yang benar
tentang materi sehingga menjadikan kami mengetahui dan memahaminya sekaligus
menjadikan makalah ini lebih sempurna.
B. Daftar
Pustaka
-Http : // www.google.com
-Modul Pengelolaan
PAUD, STPI BINA INSAN MULIA Yogyakarta
-Ali Nugraha, Yeni
Rachmawati, Buku Materi Pokok PGTK, Universitas Terbuka
-Sardiman, AM, Juni
2003, PT Raja Grafindo Persada, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar
9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar